Monday 30 August 2010

Penyakit Pada Telinga tengah

Otitis media akut
  • otalgia
  • sering berhubungan dengan URI
  • eritem dan hipomobilitas dari membran timpani
  • sekret purulen
  • E/ Streptococci, H.influenza
  • penurunan pendengaran , demam
  • Rx/ antibiotik dengan dekongestan hidung
  • kultur fungal
  • timpanocentesis untuk otitis media dengan imunocompromised
  • miringotomi jika terdapat otalgia berat atau ada komplikasi otitis (mastoiditis, meningitis)
  • kalau rekuren : profilaksis jangka panjang dengan sulfametoksasol dan amoxicillin
Otitis Media Kronik dan Kolesteatom
  • Konsekuensi dari infeksi kronik telinga tengah
  • terdapat perforasi membran timani
  • P.aeruginosa , proteus, staphylococci, anaerobic
  • nyeri kalau ada eksasebasi akut
  • Rx/ bersihkan debris , gunakan ear plug untuk proteksi terhadap paparan air dan antibiotik topikal untuk cegah eksasebasi .

  • kolesteatom merupakan variasi dari otitis kronik media.
  • penyebabnya adalah disfungsi tuba yg berkepanjangan, terjadi tekanan negatif yang menyebabkan masuknya bagian flasid dari MT masuk kedalam
  • menyebabkan terbentuknya kantung berlapis epitel skuamos - kemudian menjadi obstruksi
  • terjadi erosi tulang,
  • mengenai saraf facial
  • Rx/ bedah marsupialization kantong timpani atau bedah komplit
Komplikasi dari otitis media
  • Mastoiditis. Supuratif. Terjadi karena otitis media yang tidak terobati secara adekuat. Terjadi nyeri postauricular + eritem + demam Perlu mastoidectomy
  • Petrous Apicitis
  • Osteomielitis
  • Paralisis nervus facialis
  • Sigmoid Sinus trombosis
  • infeksi CNS

Otosklerosis
  • pengerasan tulang terutama stapes
  • terjadi tuli konduktif
  • Rx/ sodium flouride jangka panjang
Trauma telinga tengah
  • perforasi membran telinga dapat terjadi karena impaksi atau trauma akustik berat
  • Harus memakai ear plug saat berenang dan mandi selama peroide penyembuhan
  • Hemotimpanum terjadi karena trauma tumpl dan barotrauma .

Penyakit Pada Tuba Eustachius

Disfungsi tuba eustachius
  • Normalnya, tuba tertutup, dan hanya terbuka jika ada gerakan menelan atau menguap.
  • JIka terjadi disfungsi, udara tertahan dalam telinga tengah dan terjadi tekanan negative.
  • Penyebab paling banyak berhubungan dengan edem ( karena URI) dan alergi
  • Rx/ dekongestan intranasal dan sistemik
  • Pada pasien allegic, dapat diberi intranasal KS

Otitis Media Serosa
  • tuba tertutup dalam waktu yang lama
  • tekanan negatif menyebabkan transudasi cairan
  • kebanyakan pada anak-anak yang tubanya sempit
  • Rx/ mirip dengan disfungsi tuba. KS jangka pendek, antibiotik oral
Barotrauma
  • tekanan barometrik sering terjadi pada perjalanan dengan pesawat, underwater
  • saran untuk sering menela, menguap
  • dekongestan sistemik (pseudoefedrin)
  • topical dekongestan (phenylepfrin)
  • Miringotomi

Penyakit Pada Kanal telinga

Impaksi serumen (Wax)
  • Serumen merupakan sekresi proteksi pada bagian kanal telinga luar.
  • Kebanyakan orang, pembersihan terjadi alamiah.
  • Impaksi serumen diinduksi karena penyakit
  • Dapat dikurangi dengan ear drops, pembersihan mekanis, suction, irrigation.
  • irrigation dengan air sesuai dengan suhu tubuh dan hindari respon kalorik vestibular.
Benda Asing (Foreign Bodies)
  • lebih banyak pada anak anak dari pada dewasa
  • Irrigasi dengan cairan tidak boleh dilakukan jika terdapat benda asing organik. Karena dapat membuat swelling.
  • Insect yang hidup dapat diimobilisasi terlebih dahulu kemudian diambil + lidocaine.
Otitis Externa
  • eritema dan edema pada kanal telinga
  • sering terdapat eksudat purulen
  • otitis eksterna yang menetap pada pasien diabetik atau immunocompromised dapat menyebabkan osteomielitis pada dasar tengkorak yang disebut otitis eksterna maligna.
  • E/ trauma, infeksi gram neg (pseudomonas, proteus), jamur.
  • Otik drops AB dan KS (neomisin sulfat, polimiksin B, dan hidrokortison) pada keadaan asam
  • Jika terdapat sekret purulent, sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu agar obat topikal dapat masuk
  • jika terdapat edem pada dinding kanal, dapat diberi alat tambahan "wick" untuk memfasilitasi masuknya obat
  • jika terdapat selulitis berikan oral floroquinolon (ciprofloksasin)
Otitis Maligna Externa
  • E/ pseudomonas aeruginosa.
  • osteomielitis mulai dari bawah, clivus, hingga contralateral skull base.
  • Sering mengenai saraf (N VI, VII, IX, X, XI, XII)
  • D/ erosi tulag dan CT scan
  • Rx/ medical + antibiotik antipseudomonas (ciprofloxacin)
Oksostoses dan osteoma
  • Kelebihan pertumbuhan tulang pada kanal telinga
  • osteoma tidak terdeteksi sampai menimbulkan gejala obstruksi atau infeksi
  • Multiple eksostoses, didapat dari terpapar air dingin sering dan harus diobati dengan bedah
Neoplasia
  • kebanyakan karsinoma (ganas)
  • harus diterapi dan didiagnosa dengan biopsi.

Penyakit Pada Daun telinga (Pinna)

Kebanyakan penyakit pada telinga luar berhubungan dengan dematologis.
  • Kanker kulit karena terpapar matahari paling sering dan dapat diobati dengan tehnik standart.
  • Hematoma auricular karena trauma dapat dengan cepat dikenali dan di drainasi untuk mencegah deformitas kartilago
  • Selulitis aurikel harus diobati dengan benar untuk mencegah perikondritis dan deformitas lainnya.
  • Pengobatan dengan kortikosteroid untuk mencegah disolusi kartilago.

Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan penyakit mata yang paling sering ditemukan. Dapat terjadi akut maupun kronis. Juga dapat dibagi menurut etiologi nya :

Konjungtivitis Bakteri
E/ staphylococci, streptococci, haemophilus, pseudomonas, moraxella.
G/ sekret purulen, tdk ada penurunan penglihatan.
Pada kasus yang berat dapat dilakukan swab dan kultur peyebab.
Rx/ self-limited, 10-14 hari jika tdk diobati.
Sulfonamide topikal 3kali /hari . infeksi sembuh dalam waktu 2-3hari.

a. Infeksi gonokokal. terjadi karena kontak langsung dengan sekresi genital. sekret purulen, merupakan kasus kegawatdaruratan karena dapat menyerang kornea. Diagnosis dikonfirmasi dengan pewarnaan dan kultur bakteri.
Rx/ 5 hari ceftriaxone parenteral 1-2 gram/ hari.
Ab spt bacitracin atau eritromicin dapat ditambahkan

b. Infeksi clamidia. ( Trachoma dan inklusi konjungtivitis)
biasanya terdapat folikel pada limbus, ada sikatrik yang menyebabkan entropion dan trichiasis.
diagnosis dengan PCR
Rx/ tetracycline atau eritromisin 250mg 4kali sehari
doxycycline 100 mg 2x/ hari.
pemberian topikal tidak banyak berpengaruh.

Konjungtivitis viral
E/ adenovirus tie 3.
Biasanya berhubungan dengan faringitis, demam, malaise, preauricular adenopati.
Konjungtiva palpebra kemerahan dan ada sekret cair,

Epidemik keratoconjungtivitis, E/ adenovirus 8,19,29,37.
Komplikasi lebih ke hilangnya penglihatan dan infiltrat subepitel kornea.

Dapat diberikan sulfonamid topikal untuk menghindari infeksi sekunder bakteri.


Konjungtivitis Sicca (dry eyes)
Banyak terjadi pada wanita yang sudah tua.
Terjadi karena hipofungsi dari kelenjar lakrimasi (penuaan, herediter, penyakit sistemik, obat).
atau juga bisa terjadi karena evaporasi berlebihan, defisiensi musin (malnutrisi)
G/ kering, kemerahan .
Pada kasus berat / fotofobia, susah menggerakan kelopak mata, sekresi mukus berlebih.
D/ Test Schirmer's
Rx/ artificial tears.

Allergic Eye Disease
sekresi cairan mata yang berlebih, kemerahan, fotofobia, kehilangan penglihatan
hiperemi dan edem,
Pada vernal keratokonjungtivitis terdapat cobblestone.
Rx/ antagonis H1
topical vasokonstriktor.

Penyakit Pada Kelopak Mata dan Apparatus lakrimalis

Hordeolum
Abses staphylococcal pada kelopak mata, ditandai dengan kemerahan yg terlokalisir, bengkak, nyeri pada kelopak atas atau bawah.
Hordeolum internal merupakan abses pada kelenjar Meibomian, sedangkan yang eksternal lebih kecil dan terletak di ujung kelopak mata.

Kompres hangat membantu.
Indikasi insisi - jika tidak sembuh dalam waktu 48 jam.
Antibiotik = bacitracin atau eritromisin topikal setiap 3 jam (pada fase akut)

Chalazion
inflamasi granulomatosa pada kelenjar meibomian yg dapat diikuti dengan hordeolum internal. Ciri penyakit ini adalah bengkak yg tidak nyeri dengan kemerahan dan bengkak pada konjungtiva.
Jika Chalazion cukup besar dapat menekan kornea hingga terjadi distorsi penglihatan
Rx/ insisi dan kuret

Blefaritis
Inflamasi bilateral kronis pada kelopak mata.

Blefaritis anterior berhubungan dengan infeksi staphylococci, seborrheic dan dapat menjadi ulkus.
Blefaritis posterior berhubungan dengan disfungsi sekunder kelenjar meibomian . Dapat terjadi infeksi bakteri, terutama staphylococci. Jika merupakan infeksi primer, behub dengan acne rosacea.

Gejala : iritasi, terbakar, gatal.
Blefaritis anterior dan posterior dapat merupakan komplikasi dari hodeolum, chalazion, trichiasis, konjungtivitis rekuren, infiltrasi kornea.

Rx/ untuk anterior blefaritis : pembersihan scalp, alis mata, dan kelopak merupakan terapi yang efektif. Dapat pula diberikan antibiotik seperti bacitracin atau eritromisin

Rx/ untuk posterior blefaritis : antibiotik sistemik dosis rendah ( inflamasi konjungtiva dan kornea), steroid spt prednisolon, 2x/ hari. topical antibiotik spt ciprofloxacin dapat membantu.


Entropion & Ectropion
Entropion = lipatan eyelid bagian bawah ke dalam. Kebanyakan karena degenerasi fascia, atau scarring konjungtiva dan tarsus.
Rx/ Toksin botulinum
Indikasi bedah jika : kornea terkena.

Ectropion = sering terjadi pada umur yang lebih tua.
Indikasi bedah : kelebihan air mata, keratitis, masalah kosmetik.

Dacryocystitis
Infeksi kantung lacrimalis karena obstruksi sistem nasolakrimalis.
Dapat akut atau kronik dan biasa unilateral

Pada penyakit akut, e/ stap. aureus, b-hemolitikus,
pada kronik, e/ s. epidermidis, anaerob strep, candida albican

Rx/ akut : antibiotik sistemik.
Kronik : antibiotik, dacryocystorhinostomy, balloon dilation.





Kegawatdaruratan dan rujukan oftalmologi

Kelainan okular yg membutuhkan rujukan adalah :
  • penglihatan hilang mendadak
  • perdarahan vitreous
  • ablasi retina
  • degeneratif makular bereksudat
  • oklusi arteri-vena retina sentral
  • neuropati optik anterior iskemik
  • GAC (giant cell arteritis)
  • Optic neuritis
  • uveitis anterior akut,
  • glaukoma akut
  • inflamasi mata
  • infeksi gonokokal
  • trauma okular
  • penglihatan turun perlahan

Pemeriksaan Okular

  1. Pemeriksaan visus
    Dengan Snellen Chart. Koreksi hingga 20/20 (feet) , atau 6/6 (metric)

  2. Pemeriksaan lapang pandang
    Dapat menggunakan Amsler chart












  3. Pemeriksaan pupil. Untuk melihat ukuran dan reaksi terhadap sinar dan akomodasi.
    Reaksi pupil yang buruk dapat terjadi karena palsi nervus III, keruskan iris karena glaukoma akut, obat midriasis, pada Horner's syndrome.


  4. Pergerakan otot ekstraokular. Untuk melihat apakah pergerakan kedua bola mata sama atau tidak. Kelainan yang mungkin terjadi adalah trophia, phoria, dan nistagmus.


  5. Proptosis (eksoftalmus). Merupakan pembesaran garis palpebra. Dilakukan dengan cara meminta pasien melihat kebawah dan kelopak mata bagian atas di lipat oleh pemeriksa.
    Penyebab eksoftalmus : cellulitis, tumor, pseudotumor orbita.


  6. Ptosis. Penyebab neurologis yang menyebabkan ptosis adalah sindrom Horner, dimana pupil mengalami konstriksi , palsi nervus III. Terdapat juga pada Myastenia Gravis.


  7. Pemeriksaan segmen anterior . Dengan flashlight dan loop. Untuk mendeteksi adanya keratitis, inflamasi intraokular, glaukoma akut, episkleritis dan skleritis, hipopion dan hifema.

  8. Pemeriksaan ofltalmoskop langsung.
    Idealnya menggunakan tropicamid 0,5-1% untuk dilatasi pupilnya. Untuk melihat adanya red reflect, derajad kekeruhan, kelainan pada optic disk, lesi makular, pembuluh darah retina.
    Dapat terlihat kelainan pada kornea, lensa, vitreus










Pengukuran Visus


Pengukuran Visus merupakan salah satu pemeriksaan oftalmologi.
Untuk mengukur visus seseorang digunakan Snellen eye chart.

1862, oftalmologis Belanda, dr. Hermann Snellen menemukan hubungan antara ukuran huruf tertentu dengan jarak tertentu.

Test dilakukan dengan cara, pasien membaca dari huruf paling atas hingga paling bawah.

Pada orang yang tidak dapat membaca, gunakan kartu yang ada huruf "E", lalu tanya apakah huruf E nya menghadap ke kanan, kiri, atas, atau bawah.

Ketika memeriksa visus, periksalah satu demi satu mata.
Jika visus pasien 20/200, artinya huruf terkecil yang dapat dilihat pada jarak 20 kaki dapat dilihat pada mata normal pada jarak 200 kaki.

Jika dalam jarak 20 m, pasien tidak dapat melihat huruf paling besar, gunakan cara CF (Count Finger) , HM (Hand Movement), LP (perception of light)

Sunday 29 August 2010

Gejala-gejala pada Penyakit Mata

  1. Kemerahan.
    Gejala yang sering dihadapi pada penyakit mata.
    E/ hiperemia konjungtiva, episklera, pembuluh darah siliar, eritema kelopak mata.
    DD/ konjungtivitis, penyakit kornea, glaukoma akut, uveitis

  2. Rasa tidak enak pada mata
    a. Nyeri.
    E/trauma, infeksi, inflamasi, dan peningkatan TIO
    b. Sensasi benda asing.
    E/ benda asing pada konjungtiva atau kornea, gangguan epitel kornea, trichiasis
    c. Fotofobia
    E/ inflamasi kornea atau iris, albinism, aniridia, distrofi sel kerucut, afakia, demam.
    d. Gatal
    E/ alergi
    e. Rasa terbakar
    E/ kekeringan pada mata. defisiensi komponen air mata
    f. Mata berair
    E/ drainasi air mata yg inadekuat, obstruksi saluran keluar air mata, reflek pada ggn epitel kornea

  3. Sakit Kepala.
    Berhubungan dengan membaca atau menggunakan mata untuk melihat jarak dekat dalam waktu lama.
    E/ kelainan refraksi, presbiopia, ilmuniasi inadekuat, deviasi okular, inflamasi kornea dan iris.
    Sakit kepala kebanyakan disebabkan oleh giant cell arteritis, dan merupakan penyebab penting kehilangan penglihatan

  4. Sekret Konjungtiva
    Infeksi bakterial = purulen
    Infeksi viral atau keratitis = mukusnya tidak purulen (watery)
    Alergi = mata berair disertai gatal.

  5. Penurunan penglihatan
    E/ kelainan refraktif, degenerasi makular, retinopati diabetik perdarahan vitreus, ablasi retina, oklusi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral, kekeruhan kornea, penyakit nervus optik.

    a. Kehilangan penglihatan monokular = ggn pada retina atau saraf.
    b. Kehilangan penglihatan bilateral = ablasi retina, glaukoma kronik, oklusi arteri dan vena retina, iskemik anterior neuropati , neuritis optik.
    c. Kehilangan penglihatan bitemporal = lesi pada optik kiasma (biasa karena tumor pituitary)

  6. Kerusakan penglihatan dan kebutaan
    Dikatakan mata rusak jika koreksi terbaik visus = 20/80.
    Dikatakan buta jika visus 20/200 atau kurang.
    E/ glaukoma, retinopati diabetik, degenerasi makular, katarak, trakoma, leprosy, onkoserciasis, xerophtalmia

  7. Diplopia (penglihatan ganda)
    E/ kesalahan okular didapat. Bisa dari sentral (palsi nervus cranial) dan lesi intraorbital (peny. Grave's dan entrapment otot) .
    Pada monokular biasa terjadi karena kesalahan refraksi, atau kekeruhan lensa.

  8. "Spot before the eyes" (floaters) & "flashing lights" (fotopsia)
    Floaters = kekeruhan viterus, ablasi & perdarahan vitreus, uveitis posterior.
    Biasa floaters berhubungan dengan fotopsia = ablasi retina & kebocoran di retina.