Monday, 30 August 2010

Penyakit Pada Telinga tengah

Otitis media akut
  • otalgia
  • sering berhubungan dengan URI
  • eritem dan hipomobilitas dari membran timpani
  • sekret purulen
  • E/ Streptococci, H.influenza
  • penurunan pendengaran , demam
  • Rx/ antibiotik dengan dekongestan hidung
  • kultur fungal
  • timpanocentesis untuk otitis media dengan imunocompromised
  • miringotomi jika terdapat otalgia berat atau ada komplikasi otitis (mastoiditis, meningitis)
  • kalau rekuren : profilaksis jangka panjang dengan sulfametoksasol dan amoxicillin
Otitis Media Kronik dan Kolesteatom
  • Konsekuensi dari infeksi kronik telinga tengah
  • terdapat perforasi membran timani
  • P.aeruginosa , proteus, staphylococci, anaerobic
  • nyeri kalau ada eksasebasi akut
  • Rx/ bersihkan debris , gunakan ear plug untuk proteksi terhadap paparan air dan antibiotik topikal untuk cegah eksasebasi .

  • kolesteatom merupakan variasi dari otitis kronik media.
  • penyebabnya adalah disfungsi tuba yg berkepanjangan, terjadi tekanan negatif yang menyebabkan masuknya bagian flasid dari MT masuk kedalam
  • menyebabkan terbentuknya kantung berlapis epitel skuamos - kemudian menjadi obstruksi
  • terjadi erosi tulang,
  • mengenai saraf facial
  • Rx/ bedah marsupialization kantong timpani atau bedah komplit
Komplikasi dari otitis media
  • Mastoiditis. Supuratif. Terjadi karena otitis media yang tidak terobati secara adekuat. Terjadi nyeri postauricular + eritem + demam Perlu mastoidectomy
  • Petrous Apicitis
  • Osteomielitis
  • Paralisis nervus facialis
  • Sigmoid Sinus trombosis
  • infeksi CNS

Otosklerosis
  • pengerasan tulang terutama stapes
  • terjadi tuli konduktif
  • Rx/ sodium flouride jangka panjang
Trauma telinga tengah
  • perforasi membran telinga dapat terjadi karena impaksi atau trauma akustik berat
  • Harus memakai ear plug saat berenang dan mandi selama peroide penyembuhan
  • Hemotimpanum terjadi karena trauma tumpl dan barotrauma .

Penyakit Pada Tuba Eustachius

Disfungsi tuba eustachius
  • Normalnya, tuba tertutup, dan hanya terbuka jika ada gerakan menelan atau menguap.
  • JIka terjadi disfungsi, udara tertahan dalam telinga tengah dan terjadi tekanan negative.
  • Penyebab paling banyak berhubungan dengan edem ( karena URI) dan alergi
  • Rx/ dekongestan intranasal dan sistemik
  • Pada pasien allegic, dapat diberi intranasal KS

Otitis Media Serosa
  • tuba tertutup dalam waktu yang lama
  • tekanan negatif menyebabkan transudasi cairan
  • kebanyakan pada anak-anak yang tubanya sempit
  • Rx/ mirip dengan disfungsi tuba. KS jangka pendek, antibiotik oral
Barotrauma
  • tekanan barometrik sering terjadi pada perjalanan dengan pesawat, underwater
  • saran untuk sering menela, menguap
  • dekongestan sistemik (pseudoefedrin)
  • topical dekongestan (phenylepfrin)
  • Miringotomi

Penyakit Pada Kanal telinga

Impaksi serumen (Wax)
  • Serumen merupakan sekresi proteksi pada bagian kanal telinga luar.
  • Kebanyakan orang, pembersihan terjadi alamiah.
  • Impaksi serumen diinduksi karena penyakit
  • Dapat dikurangi dengan ear drops, pembersihan mekanis, suction, irrigation.
  • irrigation dengan air sesuai dengan suhu tubuh dan hindari respon kalorik vestibular.
Benda Asing (Foreign Bodies)
  • lebih banyak pada anak anak dari pada dewasa
  • Irrigasi dengan cairan tidak boleh dilakukan jika terdapat benda asing organik. Karena dapat membuat swelling.
  • Insect yang hidup dapat diimobilisasi terlebih dahulu kemudian diambil + lidocaine.
Otitis Externa
  • eritema dan edema pada kanal telinga
  • sering terdapat eksudat purulen
  • otitis eksterna yang menetap pada pasien diabetik atau immunocompromised dapat menyebabkan osteomielitis pada dasar tengkorak yang disebut otitis eksterna maligna.
  • E/ trauma, infeksi gram neg (pseudomonas, proteus), jamur.
  • Otik drops AB dan KS (neomisin sulfat, polimiksin B, dan hidrokortison) pada keadaan asam
  • Jika terdapat sekret purulent, sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu agar obat topikal dapat masuk
  • jika terdapat edem pada dinding kanal, dapat diberi alat tambahan "wick" untuk memfasilitasi masuknya obat
  • jika terdapat selulitis berikan oral floroquinolon (ciprofloksasin)
Otitis Maligna Externa
  • E/ pseudomonas aeruginosa.
  • osteomielitis mulai dari bawah, clivus, hingga contralateral skull base.
  • Sering mengenai saraf (N VI, VII, IX, X, XI, XII)
  • D/ erosi tulag dan CT scan
  • Rx/ medical + antibiotik antipseudomonas (ciprofloxacin)
Oksostoses dan osteoma
  • Kelebihan pertumbuhan tulang pada kanal telinga
  • osteoma tidak terdeteksi sampai menimbulkan gejala obstruksi atau infeksi
  • Multiple eksostoses, didapat dari terpapar air dingin sering dan harus diobati dengan bedah
Neoplasia
  • kebanyakan karsinoma (ganas)
  • harus diterapi dan didiagnosa dengan biopsi.

Penyakit Pada Daun telinga (Pinna)

Kebanyakan penyakit pada telinga luar berhubungan dengan dematologis.
  • Kanker kulit karena terpapar matahari paling sering dan dapat diobati dengan tehnik standart.
  • Hematoma auricular karena trauma dapat dengan cepat dikenali dan di drainasi untuk mencegah deformitas kartilago
  • Selulitis aurikel harus diobati dengan benar untuk mencegah perikondritis dan deformitas lainnya.
  • Pengobatan dengan kortikosteroid untuk mencegah disolusi kartilago.

Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan penyakit mata yang paling sering ditemukan. Dapat terjadi akut maupun kronis. Juga dapat dibagi menurut etiologi nya :

Konjungtivitis Bakteri
E/ staphylococci, streptococci, haemophilus, pseudomonas, moraxella.
G/ sekret purulen, tdk ada penurunan penglihatan.
Pada kasus yang berat dapat dilakukan swab dan kultur peyebab.
Rx/ self-limited, 10-14 hari jika tdk diobati.
Sulfonamide topikal 3kali /hari . infeksi sembuh dalam waktu 2-3hari.

a. Infeksi gonokokal. terjadi karena kontak langsung dengan sekresi genital. sekret purulen, merupakan kasus kegawatdaruratan karena dapat menyerang kornea. Diagnosis dikonfirmasi dengan pewarnaan dan kultur bakteri.
Rx/ 5 hari ceftriaxone parenteral 1-2 gram/ hari.
Ab spt bacitracin atau eritromicin dapat ditambahkan

b. Infeksi clamidia. ( Trachoma dan inklusi konjungtivitis)
biasanya terdapat folikel pada limbus, ada sikatrik yang menyebabkan entropion dan trichiasis.
diagnosis dengan PCR
Rx/ tetracycline atau eritromisin 250mg 4kali sehari
doxycycline 100 mg 2x/ hari.
pemberian topikal tidak banyak berpengaruh.

Konjungtivitis viral
E/ adenovirus tie 3.
Biasanya berhubungan dengan faringitis, demam, malaise, preauricular adenopati.
Konjungtiva palpebra kemerahan dan ada sekret cair,

Epidemik keratoconjungtivitis, E/ adenovirus 8,19,29,37.
Komplikasi lebih ke hilangnya penglihatan dan infiltrat subepitel kornea.

Dapat diberikan sulfonamid topikal untuk menghindari infeksi sekunder bakteri.


Konjungtivitis Sicca (dry eyes)
Banyak terjadi pada wanita yang sudah tua.
Terjadi karena hipofungsi dari kelenjar lakrimasi (penuaan, herediter, penyakit sistemik, obat).
atau juga bisa terjadi karena evaporasi berlebihan, defisiensi musin (malnutrisi)
G/ kering, kemerahan .
Pada kasus berat / fotofobia, susah menggerakan kelopak mata, sekresi mukus berlebih.
D/ Test Schirmer's
Rx/ artificial tears.

Allergic Eye Disease
sekresi cairan mata yang berlebih, kemerahan, fotofobia, kehilangan penglihatan
hiperemi dan edem,
Pada vernal keratokonjungtivitis terdapat cobblestone.
Rx/ antagonis H1
topical vasokonstriktor.

Penyakit Pada Kelopak Mata dan Apparatus lakrimalis

Hordeolum
Abses staphylococcal pada kelopak mata, ditandai dengan kemerahan yg terlokalisir, bengkak, nyeri pada kelopak atas atau bawah.
Hordeolum internal merupakan abses pada kelenjar Meibomian, sedangkan yang eksternal lebih kecil dan terletak di ujung kelopak mata.

Kompres hangat membantu.
Indikasi insisi - jika tidak sembuh dalam waktu 48 jam.
Antibiotik = bacitracin atau eritromisin topikal setiap 3 jam (pada fase akut)

Chalazion
inflamasi granulomatosa pada kelenjar meibomian yg dapat diikuti dengan hordeolum internal. Ciri penyakit ini adalah bengkak yg tidak nyeri dengan kemerahan dan bengkak pada konjungtiva.
Jika Chalazion cukup besar dapat menekan kornea hingga terjadi distorsi penglihatan
Rx/ insisi dan kuret

Blefaritis
Inflamasi bilateral kronis pada kelopak mata.

Blefaritis anterior berhubungan dengan infeksi staphylococci, seborrheic dan dapat menjadi ulkus.
Blefaritis posterior berhubungan dengan disfungsi sekunder kelenjar meibomian . Dapat terjadi infeksi bakteri, terutama staphylococci. Jika merupakan infeksi primer, behub dengan acne rosacea.

Gejala : iritasi, terbakar, gatal.
Blefaritis anterior dan posterior dapat merupakan komplikasi dari hodeolum, chalazion, trichiasis, konjungtivitis rekuren, infiltrasi kornea.

Rx/ untuk anterior blefaritis : pembersihan scalp, alis mata, dan kelopak merupakan terapi yang efektif. Dapat pula diberikan antibiotik seperti bacitracin atau eritromisin

Rx/ untuk posterior blefaritis : antibiotik sistemik dosis rendah ( inflamasi konjungtiva dan kornea), steroid spt prednisolon, 2x/ hari. topical antibiotik spt ciprofloxacin dapat membantu.


Entropion & Ectropion
Entropion = lipatan eyelid bagian bawah ke dalam. Kebanyakan karena degenerasi fascia, atau scarring konjungtiva dan tarsus.
Rx/ Toksin botulinum
Indikasi bedah jika : kornea terkena.

Ectropion = sering terjadi pada umur yang lebih tua.
Indikasi bedah : kelebihan air mata, keratitis, masalah kosmetik.

Dacryocystitis
Infeksi kantung lacrimalis karena obstruksi sistem nasolakrimalis.
Dapat akut atau kronik dan biasa unilateral

Pada penyakit akut, e/ stap. aureus, b-hemolitikus,
pada kronik, e/ s. epidermidis, anaerob strep, candida albican

Rx/ akut : antibiotik sistemik.
Kronik : antibiotik, dacryocystorhinostomy, balloon dilation.





Kegawatdaruratan dan rujukan oftalmologi

Kelainan okular yg membutuhkan rujukan adalah :
  • penglihatan hilang mendadak
  • perdarahan vitreous
  • ablasi retina
  • degeneratif makular bereksudat
  • oklusi arteri-vena retina sentral
  • neuropati optik anterior iskemik
  • GAC (giant cell arteritis)
  • Optic neuritis
  • uveitis anterior akut,
  • glaukoma akut
  • inflamasi mata
  • infeksi gonokokal
  • trauma okular
  • penglihatan turun perlahan

Pemeriksaan Okular

  1. Pemeriksaan visus
    Dengan Snellen Chart. Koreksi hingga 20/20 (feet) , atau 6/6 (metric)

  2. Pemeriksaan lapang pandang
    Dapat menggunakan Amsler chart












  3. Pemeriksaan pupil. Untuk melihat ukuran dan reaksi terhadap sinar dan akomodasi.
    Reaksi pupil yang buruk dapat terjadi karena palsi nervus III, keruskan iris karena glaukoma akut, obat midriasis, pada Horner's syndrome.


  4. Pergerakan otot ekstraokular. Untuk melihat apakah pergerakan kedua bola mata sama atau tidak. Kelainan yang mungkin terjadi adalah trophia, phoria, dan nistagmus.


  5. Proptosis (eksoftalmus). Merupakan pembesaran garis palpebra. Dilakukan dengan cara meminta pasien melihat kebawah dan kelopak mata bagian atas di lipat oleh pemeriksa.
    Penyebab eksoftalmus : cellulitis, tumor, pseudotumor orbita.


  6. Ptosis. Penyebab neurologis yang menyebabkan ptosis adalah sindrom Horner, dimana pupil mengalami konstriksi , palsi nervus III. Terdapat juga pada Myastenia Gravis.


  7. Pemeriksaan segmen anterior . Dengan flashlight dan loop. Untuk mendeteksi adanya keratitis, inflamasi intraokular, glaukoma akut, episkleritis dan skleritis, hipopion dan hifema.

  8. Pemeriksaan ofltalmoskop langsung.
    Idealnya menggunakan tropicamid 0,5-1% untuk dilatasi pupilnya. Untuk melihat adanya red reflect, derajad kekeruhan, kelainan pada optic disk, lesi makular, pembuluh darah retina.
    Dapat terlihat kelainan pada kornea, lensa, vitreus










Pengukuran Visus


Pengukuran Visus merupakan salah satu pemeriksaan oftalmologi.
Untuk mengukur visus seseorang digunakan Snellen eye chart.

1862, oftalmologis Belanda, dr. Hermann Snellen menemukan hubungan antara ukuran huruf tertentu dengan jarak tertentu.

Test dilakukan dengan cara, pasien membaca dari huruf paling atas hingga paling bawah.

Pada orang yang tidak dapat membaca, gunakan kartu yang ada huruf "E", lalu tanya apakah huruf E nya menghadap ke kanan, kiri, atas, atau bawah.

Ketika memeriksa visus, periksalah satu demi satu mata.
Jika visus pasien 20/200, artinya huruf terkecil yang dapat dilihat pada jarak 20 kaki dapat dilihat pada mata normal pada jarak 200 kaki.

Jika dalam jarak 20 m, pasien tidak dapat melihat huruf paling besar, gunakan cara CF (Count Finger) , HM (Hand Movement), LP (perception of light)

Sunday, 29 August 2010

Gejala-gejala pada Penyakit Mata

  1. Kemerahan.
    Gejala yang sering dihadapi pada penyakit mata.
    E/ hiperemia konjungtiva, episklera, pembuluh darah siliar, eritema kelopak mata.
    DD/ konjungtivitis, penyakit kornea, glaukoma akut, uveitis

  2. Rasa tidak enak pada mata
    a. Nyeri.
    E/trauma, infeksi, inflamasi, dan peningkatan TIO
    b. Sensasi benda asing.
    E/ benda asing pada konjungtiva atau kornea, gangguan epitel kornea, trichiasis
    c. Fotofobia
    E/ inflamasi kornea atau iris, albinism, aniridia, distrofi sel kerucut, afakia, demam.
    d. Gatal
    E/ alergi
    e. Rasa terbakar
    E/ kekeringan pada mata. defisiensi komponen air mata
    f. Mata berair
    E/ drainasi air mata yg inadekuat, obstruksi saluran keluar air mata, reflek pada ggn epitel kornea

  3. Sakit Kepala.
    Berhubungan dengan membaca atau menggunakan mata untuk melihat jarak dekat dalam waktu lama.
    E/ kelainan refraksi, presbiopia, ilmuniasi inadekuat, deviasi okular, inflamasi kornea dan iris.
    Sakit kepala kebanyakan disebabkan oleh giant cell arteritis, dan merupakan penyebab penting kehilangan penglihatan

  4. Sekret Konjungtiva
    Infeksi bakterial = purulen
    Infeksi viral atau keratitis = mukusnya tidak purulen (watery)
    Alergi = mata berair disertai gatal.

  5. Penurunan penglihatan
    E/ kelainan refraktif, degenerasi makular, retinopati diabetik perdarahan vitreus, ablasi retina, oklusi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral, kekeruhan kornea, penyakit nervus optik.

    a. Kehilangan penglihatan monokular = ggn pada retina atau saraf.
    b. Kehilangan penglihatan bilateral = ablasi retina, glaukoma kronik, oklusi arteri dan vena retina, iskemik anterior neuropati , neuritis optik.
    c. Kehilangan penglihatan bitemporal = lesi pada optik kiasma (biasa karena tumor pituitary)

  6. Kerusakan penglihatan dan kebutaan
    Dikatakan mata rusak jika koreksi terbaik visus = 20/80.
    Dikatakan buta jika visus 20/200 atau kurang.
    E/ glaukoma, retinopati diabetik, degenerasi makular, katarak, trakoma, leprosy, onkoserciasis, xerophtalmia

  7. Diplopia (penglihatan ganda)
    E/ kesalahan okular didapat. Bisa dari sentral (palsi nervus cranial) dan lesi intraorbital (peny. Grave's dan entrapment otot) .
    Pada monokular biasa terjadi karena kesalahan refraksi, atau kekeruhan lensa.

  8. "Spot before the eyes" (floaters) & "flashing lights" (fotopsia)
    Floaters = kekeruhan viterus, ablasi & perdarahan vitreus, uveitis posterior.
    Biasa floaters berhubungan dengan fotopsia = ablasi retina & kebocoran di retina.


Wednesday, 16 June 2010

How to Make an Essay Flow

  • Read over your essay and write the main objective of the essay at the top of the page on a sheet of paper.
  • Read each paragraph carefully and summarize the main topic of each in a simple word or phrase. List these topics on the sheet of paper.
  • Put the first sheet of paper aside and explain what you are trying to convey through your essay out loud or in your head without looking at the essay or the list of topics. As you explain your point naturally and in your own words, jot down each topic you cover as you are going through your explanation on a separate sheet of paper.

  • Compare the topic list from step 2 with the topic list from step 3, and change the order of your paragraphs to match the way that you would naturally explain your objective.

  • Read through your essay from the beginning, with the paragraphs rearranged in the most natural order, pausing at the beginning of each new paragraph.

  • Look at both the topic you have just finished discussing and the topic that is about to be discussed, and add a simple, clear transitional sentence at the beginning of each new paragraph to tie it into the previous paragraph. For example, say you are writing a paper about the success of "I Love Lucy," and have just ended a paragraph about how the advanced filming techniques used on the show have contributed to its ongoing success. If the next paragraph will discuss the popularity of the show at the time, then a reasonable transitional sentence might be: "While the success of the innovations that came out of "I Love Lucy" deserve a great deal of respect, the popularity of the show itself must not be overlooked."

  • After placing transitional sentences at the beginning of each paragraph, read the essay from the beginning. If there is any place where the essay does not sound like a well informed explanation of the objective to a friend, add transitional sentences in the weak spots. Your essay should now have a cohesive, natural flow.

  • Step 2

    Read each paragraph carefully and summarize the main topic of each in a simple word or phrase. List these topics on the sheet of paper.

  • Step 3

    Put the first sheet of paper aside and explain what you are trying to convey through your essay out loud or in your head without looking at the essay or the list of topics. As you explain your point naturally and in your own words, jot down each topic you cover as you are going through your explanation on a separate sheet of paper.

  • Step 4

    Compare the topic list from step 2 with the topic list from step 3, and change the order of your paragraphs to match the way that you would naturally explain your objective.

  • Step 5

    Read through your essay from the beginning, with the paragraphs rearranged in the most natural order, pausing at the beginning of each new paragraph.

  • Step 6

    Look at both the topic you have just finished discussing and the topic that is about to be discussed, and add a simple, clear transitional sentence at the beginning of each new paragraph to tie it into the previous paragraph. For example, say you are writing a paper about the success of "I Love Lucy," and have just ended a paragraph about how the advanced filming techniques used on the show have contributed to its ongoing success. If the next paragraph will discuss the popularity of the show at the time, then a reasonable transitional sentence might be: "While the success of the innovations that came out of "I Love Lucy" deserve a great deal of respect, the popularity of the show itself must not be overlooked."

  • Step 7

    After placing transitional sentences at the beginning of each paragraph, read the essay from the beginning. If there is any place where the essay does not sound like a well informed explanation of the objective to a friend, add transitional sentences in the weak spots. Your essay should now have a cohesive, natural flow.

  • Tuesday, 1 June 2010

    Penurunan Kesadaran

    Kesadaran merupakan ketanggapan pada diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dimana pada penurunan tingkat kesadaran, terdapat gangguan arousal maupun fungsi mental.

    Tingkat kesadaran yang utuh diatur oleh kedua hemisfere serebri dan ARAS (ascending reticulating activation system)


    Pendekatan klinis pada pasien dengan gangguan kesadaran :
    • Selalu lakukan ABCs (Airway, Breathing, Circulation)
    • Pencarian etiologi (dari anamnesa singkat dan tanda rangsang meningeal)
    • Lakukan pemberian glukosa, thiamin, dan naloxone bila diperlukan. Kebanyakan keadaan gawat dengan tidak ada etiologi membutuhkan ini.
    • Lakukan pemeriksaan neurologik untuk menentukan ada tidaknya refleks batang otak dan mencari tanda fokal
    • Jika ada tanda fokal : kerusakan struktural
    • Jika tidak ada tanda fokal : kerusakan diffuse



    Jika dicurigai adanya lesi struktural, lakukan noncontrast head CT.
    Jika dicurigai adanya lesi diffuse, CT scan kepala digunakan untuk melihat adanya edem serebral, tanda dari kerusakan iskemik hipoksik global, lesi bilateral yang menyerupai proses diffuse.
    CT scan harus didahului sebelum dilakukan LP. Untuk mencegah herniasi otak jika terdapat massa intracranial.
    EEG dilakukan untuk melihat seberapa dalam coma dan dapat mencari diagnosisnya.

    Pengobatan pada pasien dengan penurunan kesadaran dilakukan dengan koreksi etiologi.
    Jika terdapat peningkatan tekanan intrakranial, segera lakukan reposisi kepala (naikkan 30 derajad, hiperventilasi, dan berikan diuretik osmotik mannitol).
    Jika tekanan intrakranial rendah tetapi masih terdapat kegawatan neurologik, curiga adanya herniasi otak .
    Prognosis tergantung dari etiologi dan umur pasien

    Fungsi Kortikal Luhur

    Definisi : pengetahuan yang mengkaitkan perilaku manusia (behavior) dengan susunan saraf di otak. Gangguan ini dikaitkan dengan keadaan subsistem neuroanatomi.

    Otak secara umum dibagi m
    enjadi 2 bagian; kanan dan kiri.
    dimana otak kiri (hemisfere kiri) banyak mengatur kemampuan berbahasa, dan otak kanan (hemisfere kanan) mengatur visuospatial, emosi dan atensi.

    Gangguan berbahasa (afasia)
    • biasa terjadi karena kerusakan di hemisfere kiri
    • pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah : berbicara spontan, penamaan, pengulangan, pemahaman, membaca, menulis.
    • afasia broca (non-fluent) : percakapan tidak lancar, kalimat yang diucapkan pendek, gangguan artikulasi, tetapi pemahaman normal. Prognosa baik
    • afasia wernicke (fluent) : percakapan lancar tetapi tanpa makna, artikulasi baik, pemahaman buruk, kelainan terjadi di hemisfere kiri bagian posterior, dan mirip psikotik. Prognosis kurang.
    • afasia global : kelainan terletak di anterior dan posterior, seringkali mengenai arteri karotis interna, disertai hemiplegia dextra. Prognosis buruk.

    Ingatan (Memory)
    • Immediate memory : beberapa detik
    • recent memory (new learn ability) : beberapa menit-jam-hari.
    • remote memory : bertahun-tahun lalu. Berkaitan dengan masalah pribadi masa lalu

    Monday, 31 May 2010

    Caffeine may reverse Alzheimer's

    Doses of caffeine equivalent to drinking five cups of coffee daily may help reverse memory problems characteristic of Alzheimer's disease, according to University of South Florida report. The research, carried out on mice and published July 5, 2009, in the online Journal of Alzheimer's Disease, suggested caffeine slowed the production of the protein plaques thought to be the hallmark of the disease.

    The 55 mice used in the study had been bred to develop symptoms ofAlzheimer's disease. First, behavior tests confirmed the mice had impaired memories when they were about 19 months old; equivalent to about 70 in human years. Then, researchers gave half the mice caffeine daily, equivalent to what a human being would receive in five cups of coffee, in their drinking water.

    When the mice were tested again after two months, those who received the caffeine performed much better on tests measuring their memory and thinking skills; in fact, they performed as well as mice of the same age without dementia. Those drinking plain water continued to test poorly. In addition, the brains of the mice given caffeine showed nearly a 50% reduction in levels of beta amyloid protein, which forms destructive clumps in the brains of dementia patients.

    The researchers suggest that caffeine suppresses inflammatory changes in the brain that lead to an overabundance of the protein, but added that it is too early to say whether drinking coffee or taking caffeine supplements will help people with Alzheimer's.

    This is all obviously intriguing news, but it is interesting to me that the in media coverage of this study, reporters have largely played up the coffee angle, when the mice were given caffeine, not coffee. The fact is that green and white teas also contain caffeine, along with other compounds that may be neuro- and cardioprotective - and, in my experience, tea is less likely to cause the insomnia, digestive upset, bladder irritation, and jitters that often come with coffee drinking.

    Anemia Normositik Normokrom

    Penyebab dan patofisiologi anemia normositik normokrom
    Anemia normositik normokrom dapat terjadi karena
    a. Hemolitik
    b. Pasca perdarahan akut
    c. anemia aplastik
    d. sindrom mielodisplasia
    e. alkoholism
    f. anemia pada penyakit hati kronik

    Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah / destruksi darah yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Jika retikulosit tidak ditemukan, maka dicurigai adanya anemia aplastik, anemia def besi dan b12 yang tidak diobati, terapi radiasi, masalah endokrin, kegagalan sumsum tulang, sindrom mielodisplasia, dan alkoholism.

    Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung anemia hemolitik
    Test Coomb's. Dilakukan setelah hitung retikulosit dan di dapatkan retikulosit meningkat.
    Test Coombs ini ada yang secara langsung dan secara tidak langsung
    1. Secara langsung. Untuk mendeteksi antibodi yang melekat pada sel darah merah,yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Uji ini dapat mengidentifikasi suatu reaksi antigen-antibodi yang lemah walaupun tidak tampak aglutinasi SDM.

    2. Secara tidak langsung. Untuk mendeteksi antibodi yang bersirkulasi dengan bebas dalam serum klien. Biasanya uji ini digunakan sebelum transfusi darah (untuk memeriksa keberadaan antibodi dalam darah resipien dan donor sebelum dilakukan transfusi darah)


    Patogenesis terjadinya anemia pada penyakit parasit

    Hemolisis dengan derajad tertentu ditemukan pad semua tipe infeksi malaria, kelainan yang paling berat ditemukan pada infeksi Plasmodium falciparum. Pada kasus terburuk, terjadi DIC dan hemolisis intravaskular ditandai dengan hemoglobinuria dan black water fever (kecing seperti coca-cola)



    Daur hidup plasmodium ada 2, yaitu:

    a. Fase aseksual (didalam tubuh manusia).

    b. Fase seksual (didalam tubuh nyamuk)


    Fase aseksual (pada manusia) dibagi menjadi

    1. daur eksoeritrositer di parenkim hati

    a. skizogoni eritrosit primer (masuk langsung bekembang)

    b. skizogoni eritrosit sekunder (diam dahulu / stadium hypnozoid)

    2. daur eritrositer

    skizogoni di eritrosit


    Fase seksual (dalam tubuh nyamuk), makrogametosit dan mikrogametosit membentuk zigot.

    Zigot ini akan membentuk ookinet, lalu menjadi ookista dan terakhir menjadi sporozoit yang siap ditularkan ke tubuh manusia


    Parasit plasmodium yang berada di skizogoni eritrosit primer adalah malaria dan falciparum

    sedangkan yang mengalami stadium hypnozoid adalah vivax dan ovale.


    Parasit-parasit ini mempunyai patogenesis yang sedikit berbeda. Pada umumnya, parasit malaria ini menginfeksi eritrosit. Ada yang dihancurkan di RES dan ada juga yang menempel pada sel endotel (untuk berkembang biak) sehingga parasit makin banyak.


    Gejala Klinik Malaria

    1. Demam periodik (pada plasmodium falciparum dan vivax, demam terjadi tiap 3 hari sekali yaitu demam tertiana, pada plasmodium malariae demam terjadi 4 hari sekali)

    2. Splenomegali terjadi akibat destruksi yang berlebih akibat menempelnya parasit di eritrosit dan splein mengenalinya sebagai sel asing

    3. Anemia sering terjadi karena splein banyak menghancurkan eritrosit "abnormal"


    Epidemiologi malaria

    Malaria dari 3 stadium plasmodium (falciparum, vivax, malaria) banyak tersebar diseluruh kepulauan Indonesia.

    Plasmodium ovale tersebar di Irian Jaya, Timor dan Flores (bagian timur)


    Pengobatan malaria

    Pengobatan ini di dasarkan pada defek mana yang terkena

    1. Skizontisida jaringan primer. Ditujukan untuk parasit pra-eritrositer dan mencegah parasit masuk ke dalam eritrosit dengan proguanil dan pirimetamin

    2. Skizontisida jaringan sekunder. Ditujukan untuk parasit pada stadium hypnozoit dan sebagai anti-relaps. Dapat menggunakan primakuin.

    3. Skizontisida darah. Untuk membasmi parasit eritrositer dengan menggunakan kina, klorokuin dan amodiakuin.

    4. Gametosida. Untuk membasmi stadium gametosit. Dengan menggunakan kina, klorokuin dan amodiakuin untuk vivax, malaria, dan ovale. Sedangkan primakuin untuk semua jenis plasmodium

    5. Sporontosida. Untuk mencegah penyakit malaria dan menghambar pembentukan ookista dan sporozoit. Dengan menggunakan proguanil dan primakuin



    Anemia Mikrositik Hipokrom

    Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena
    a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
    b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
    c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)

    Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah
    a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)
    b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)
    c. thalasemia (gangguan globin)
    d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)

    Patofisiologi anemia mikrositik hipokrom
    Tergantung dari penyebabnya
    1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap
    Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin (simpanan besi)
    Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi Hb masih normal)
    Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom)

    2.
    Anemia pada penyakit kronis
    Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah

    3. Anemia sideroblastik
    Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.

    4. Thalasemia
    Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang normal.


    Epidemiologi
    Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki, wanita dan wanita hamil.
    Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling banyak terjadi pada wanita hamil.

    Thalasemia. Frekuensi gen thalasemia di Indonesia berkisar 3-10% . Kelainan ini kebanyakan di daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang sudah menyebar secara herediter ke seluruh dunia.

    Sintesa, Fungsi, dan Cara Kerja Hb
    Hb (hemoglobin) terdiri dari Heme dan Globin.
    Heme terdiri dari Fe dan protoporfirin sedangkan Globin terdiri dari sepasangang rantai a dan non-a.

    Fungsi dan cara kerja Hb adalah berikatan dengan O2 membentuk oksihemoglobin untuk dikirim ke jaringan.
    Reduce hemoglobin (hemoglobin yang melepaskan ikatannya dengan O2) merupakan bentuk ikatan hemoglobin yang normal. Ikatan hemoglobin yang abnormal misalnya sulfhemoglobin, methemoglobin, carboksihemoglobin.

    Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung
    Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER
    1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL.
    Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer
    Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.
    2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg
    Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom
    3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/dL.
    Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.

    Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.

    Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin serum dan elektroforesis Hb.
    Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.


    Penatalaksanaan Anemia Mikrositik Hipokrom
    1. Anemia defisiensi besi
    a. terapi besi oral
    Normal0 falsefalsefalse MicrosoftInternetExplorer4 Ferro sulfat, mengandung 67mg besi
    Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.
    b. terapi besi parenteral
    biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral.
    Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular
    Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus
    c. Pengobatan Lain
    Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani
    Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi
    Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk menghindari
    penumpukan besi pada eritrosit)

    2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.

    3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi mengandung 200-250 mg besi.

    4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL.
    Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi

    Management for the great life

    Hidup adalah sebuah pilihan. Sebuah kata yang mampu mengubah hidup setiap orang, asalkan mereka mengerti cara menggunakannya di dalam kehidupan.

    Banyak orang yang hidup dengan seadanya. Sebagai contoh pada saat seseorang ditanya akan impiannya, mereka akan merasa bingung, ataupun sebagai fresh graduates juga masih bingung akan bekerja dalam bidang apa. Mereka belum mengerti tujuan hidupnya.

    Banyak orang ingin menjadi bahagia dan sukses, tetapi hanya sedikit yang benar-benar memilih untuk menjadi bahagia dan sukses. Manusia hanya menginginkan namun tidak pernah memilih dan melakukannya secara sadar

    Hal-hal yang menjadi penghambat dalam mewujudkan impian bukanlah karena kita tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan impian kita, melainkan karena kita belum mampu memanajemen diri dan kehidupan kita.

    Hari ketika Anda mengambil seluruh tanggung jawab dalam hidup Anda, hari ketika Anda berhenti untuk mencari alasan, hari itu pula Anda akan memulai perjalanan Anda menuju ke puncak sukses (O.J. Simpson)

    Mulailah memanagemen diri untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik agar hasil yang akan anda terima juga sudah pasti menjadi lebih baik.

    Fokuslah pada perubahan Anda, bukan pada hasil dari perubahan anda. Jika perubahan hidup ke arah positif telah anda lakukan dengan baik, hasil yang terbaik tentu saja akan menjadi milik anda.

    Jangan menyalahkan apa dan siapapun karena itu yang akan membuat anda semakin terpuruk dalam lembah kegagalan dan sulit bangkit meraih sukses, karena anda tidak mau belajar untuk sssberubah.

    Model Hubungan Dokter dan Pasien

    Hubungan dokter dan pasien memiliki sejumlah model potensial. Seringkali, baik dokter maupun pasien tidak sepenuhnya sadar dalam memilih satu model atau model lainnya. Model seringkali didapatkan dari kepribadian, harapan, dan kebutuhan dokter ataupun pasien. Kenyataan bahwa kepribadian, harapan dan kebutuhan sebagian besar adalah tidak diucapkan dan mungkin berbeda bagi dokter dan pasien dapat menyebabkan kesalahan komunikasi bagi kedua parisipan dalam hubungan

    Model aktif-pasif (
    active-pasive models) menyatakan bajwa perlu terdapat pasivitas yang sepenuhnya pada pasien dan pengambilalihan oleh dokter. Pada model tersebut, pasien tidak memikul tanggung jawab sama sekali untuk perawatan dirinya dan tidak mempunyai bagian dalam pengobatan. Model ini sesuai jika pasien adalah tidak sadar, terimobilisasi, atau delirium.

    Model guru dan siswa (
    teacher-student model) adalah dominasi dokter diterima dan ditekankan. Peranan dokter adalah paternalistik dan mengontrol; peranan pasien adalah ketergantungan dan penerimaan. Model ini seringkali terlihat saat pemulihan pasien dari pembedahan.

    Model peran serta saling menguntungkan (
    mutual participation model) menyatakan persamaan antara dokter dan pasien; kedua partisipan adalah saling memerlukan dan saling tergantung satu sama lain. Kebutuhan akan hubungan dokter dan pasien didasarkan pada model saling menguntungkan, peranserta aktif adalah paling jelas pada pengobatan penyakit kronis tertentu seperti gagal ginjal dan diabetes, dimana pengetahuan dan penerimaan pasien akan pengobatan adalah penting bagi keberhasilan pengobatan. Model ini dapat juga efektif dalam situasi yang tidak kentara-sebagai contoh pada pneumonia

    Model persahabatan (
    friendship model) dari hubungan dokter dan pasien biasanya dianggap difungsional jika bukan tidak etis. Keadaan ini seringkali mencerminkan masalah psikologis dasar dan primer pada dokter, yang mungkin mempunyai kebutuhan emosional untuk mengubah perawatan pasien menjadi suatu hubungan saling berbagi yang saling menguntungkan dalam informasi pribadi dan cinta. Model ini seringkali melibatkan hubungan yang terus menerus, bukannya berakhir yang sesuai dengan semestinya, melainkan pengaburan batas-batas antara profesionalisme dan keintiman.